Sudah direncanakan bahwa harga BBM pada bulan April akan naik. Ada beberapa elemen
gerakan pemuda dan gerakan mahasiswa yang menentang keputusan dengan menggelar
aksi dibeberapa wilayah akhir-akhir ini akan tetapi keputusan pemerintah tetap tak
bergeming dengan alasan bahwa minyak bumi semakin langka dan BBM terpaksa
dinaikkan sebagai salah satu upaya konversi dari Bahan Bakar Minyak ke Bahan
Bakar Gas.
Seperti
kita ketahui bahwa Indonesia sebagai salah satu negara penghasil Minyak Bumi
dan Gas Bumi, dan Indonesia tergabung dalam OPEC, ada banyak pertambangan MIGAS
di Indonesia dan Pemerintah terkesan khawatir akan cadangan MIGAS yang semakin
menipis. Apakah benar menaikkan harga BBM merupakan satu-satunya solusi untuk
pengamanan stok minyak bumi di Indonesia???
Melihat
fenomena sosial saat ini dirasa belum tepat jika pemerintah menaikkan harga BBM
dengan alasan konversi dari BBM ke BBG karena dari seluruh kota dan kabupaten
yang ada di Indonesia hanya wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya saja yang
memilik Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum yang menyediakan Bahan Bakar Gas
karena dari berbagai macam kendaraan yang beroperasi di Indonesia baru Bajai
dan Bus Trans Jakarta saja yang menggunakan BBG yang jumlah keseluruhan Bajai
dan Bus Trans Jakarta sangat kurang layak jika diperbandingkan kendaraan yang
lain yang menggunakan BBM. Apakah upaya konversi BBM ke BBG masih tepat untuk
dijadikan sebagai landasan untuk menaikkan harga BBM?
Menaikkan
harga BBM bukan satu-satunya solusi untuk pengamanan stok Migas didalam negeri.
Ada beberapa cara lain yang bisa diperbincangkan oleh para wakil rakyat atau stake holder dinegeri ini, baik
pembatasan tahun keluaran kendaraan atau jenis kendaraan yang bisa mengakses
BBM bersubsidi atau dengan cara yang lainnya karena jika kenaikan harga BBM
tersebut diberlakukan untuk semua jenis kendaraan akan lebih berdampak bagi
kehidupan sosial masyarakat karena harga-harga kebutuhan pokok pasti akan naik
dan otomatis TDL pun juga akan ikut naik dan akan berdampak lebih jauh lagi
khususnya masyarakat kelas “menengah kebawah”.
Beberapa
Gerakan Pemuda dan Gerakan Mahasiswa mencoba menganalisis fenomena sosial
tersebut sebagai dampak dari kenaikan Harga BBM sehinga muncullah berbagai
tindakan aksi penolakan kenaikan harga BB di berbagai daerah, termasuk tindakan
pelepasan foto presiden RI yang terpasang
di gedung DPR/MPR. Munculnya berbagai macam aksi di penolakan kenaikan
harga BBM tidak membuat pemerintah Republik Indonesia dibawah kepemimpinan
Presiden Susilo Bambang Yudoyono risau, justru pemerintah terkesan membiarkan
begitu saja aksi massa tersebut dan pemerintah terkesan membuat gerakan untuk
‘pengalihan’ konsentrasi issu kenaikkan harga BBM kepada pembahasan yang lain.
Melihat
sikap pemerintah Republik Indonesia yang cenderung ‘mendiamkan’ tersebut
seharusnya segenap gerakan mahasiswa dan pemuda ingat peristiwa 28 Oktober 1928
dimana semua elemen pemuda dari berbagai daerah berkumpul dan bersepakat untuk
bersatu. Zaman memang sudah berubah, akan tetapi upaya untuk menyatukan pemuda
dan masyarakat tidak pernah pudar. Negara Indonesia memiliki organisasi
kepemudaan yang merangkul seluruh elemen pemuda yang ada di Indonesia, yaitu
KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) akan tetapi melihat realita saat ini
KNPI bukannya melakukan kegiatan Nasional
yang ditujukan untuk merumuskan suara pemuda dari berbagai daerah melalui
DPC dan DPD nya tersebar dari sabang hingga merauke terkait rencana pemerintah
menaikkan harga BBM akan tetapi disaat seperti ini justru KNPI lebih sibuk
dengan agenda kunjungan kerja ke Negara Cina yang mendapatkan dukungan dari
pemerintah, sangat ironis sekali saat melihat missi KNPI dan melihat realita
sekarang yang ternyata sangat berbeda jauh. Melihat fenomena tersebut, apakah
KNPI sebagai “atap” dari berbagai organisasi kepemudaan dan kedaerahan serta
kemahasiswaan perlu tetap ada ataukah dihapuskan saja namanya itu tergantung
segenap organisasi yang dipayungi oleh KNPI.
Akankah ikrar,
Kami Pemuda Pemudi
Indonesia Berbangsa satu, Bangsa Indonesia.
Kami Pemuda Pemudi
Indonesia Berbahasa satu, Bahasa Indonesia.
Kami Pemuda Pemudi
Indonesia Bertumpah Darah satu, Tumpah Darah Indonesia.
Yang sudah
dikumandangkan dan diikrarkan sejak 83 tahun 5 bulan yang lalu masih dipahami
pemuda pemudi bangsa Indonesia?
Oleh : Bayu Arsita Mandreana
Penulis adalah Ketua Bidang KPP HMI Badko Jateng-DIY
Mantap tulisannya,,,
BalasHapussemoga Blog ini bisa semakin bergairah lagi, memang KOHATI BADKO JATENG DIY layaknya seorang Srikandi, terus berkarya lintas batas melibas zaman.
BalasHapusMatur Nuwun,,,kami takkan bisa seperti ini tanpa kalian,,,
BalasHapusUntung HMI gak ikut ke cina..tapi kemarin udah ke vatikan yah???
BalasHapuswaduh infonya kurang lengkap yak?
BalasHapusyang bener ketemuan dengan perwakilan negara vatikan, tempat ketemuannya bukan di vatikan tapi di salah satu negara anggota ASEAN.
normatif. . .ga konkrit. . .
BalasHapus