Senin, 19 Maret 2012

Independensi Gerakan Pemuda




Sudah direncanakan bahwa harga BBM pada bulan April akan naik. Ada beberapa elemen gerakan pemuda dan gerakan mahasiswa yang menentang keputusan dengan menggelar aksi dibeberapa wilayah akhir-akhir ini akan tetapi keputusan pemerintah tetap tak bergeming dengan alasan bahwa minyak bumi semakin langka dan BBM terpaksa dinaikkan sebagai salah satu upaya konversi dari Bahan Bakar Minyak ke Bahan Bakar Gas.

Seperti kita ketahui bahwa Indonesia sebagai salah satu negara penghasil Minyak Bumi dan Gas Bumi, dan Indonesia tergabung dalam OPEC, ada banyak pertambangan MIGAS di Indonesia dan Pemerintah terkesan khawatir akan cadangan MIGAS yang semakin menipis. Apakah benar menaikkan harga BBM merupakan satu-satunya solusi untuk pengamanan stok minyak bumi di Indonesia???


Melihat fenomena sosial saat ini dirasa belum tepat jika pemerintah menaikkan harga BBM dengan alasan konversi dari BBM ke BBG karena dari seluruh kota dan kabupaten yang ada di Indonesia hanya wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya saja yang memilik Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum yang menyediakan Bahan Bakar Gas karena dari berbagai macam kendaraan yang beroperasi di Indonesia baru Bajai dan Bus Trans Jakarta saja yang menggunakan BBG yang jumlah keseluruhan Bajai dan Bus Trans Jakarta sangat kurang layak jika diperbandingkan kendaraan yang lain yang menggunakan BBM. Apakah upaya konversi BBM ke BBG masih tepat untuk dijadikan sebagai landasan untuk menaikkan harga BBM?

Menaikkan harga BBM bukan satu-satunya solusi untuk pengamanan stok Migas didalam negeri. Ada beberapa cara lain yang bisa diperbincangkan oleh para wakil rakyat atau stake holder dinegeri ini, baik pembatasan tahun keluaran kendaraan atau jenis kendaraan yang bisa mengakses BBM bersubsidi atau dengan cara yang lainnya karena jika kenaikan harga BBM tersebut diberlakukan untuk semua jenis kendaraan akan lebih berdampak bagi kehidupan sosial masyarakat karena harga-harga kebutuhan pokok pasti akan naik dan otomatis TDL pun juga akan ikut naik dan akan berdampak lebih jauh lagi khususnya masyarakat kelas “menengah kebawah”.

Beberapa Gerakan Pemuda dan Gerakan Mahasiswa mencoba menganalisis fenomena sosial tersebut sebagai dampak dari kenaikan Harga BBM sehinga muncullah berbagai tindakan aksi penolakan kenaikan harga BB di berbagai daerah, termasuk tindakan pelepasan foto presiden RI yang terpasang  di gedung DPR/MPR. Munculnya berbagai macam aksi di penolakan kenaikan harga BBM tidak membuat pemerintah Republik Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudoyono risau, justru pemerintah terkesan membiarkan begitu saja aksi massa tersebut dan pemerintah terkesan membuat gerakan untuk ‘pengalihan’ konsentrasi issu kenaikkan harga BBM kepada pembahasan yang lain.

Melihat sikap pemerintah Republik Indonesia yang cenderung ‘mendiamkan’ tersebut seharusnya segenap gerakan mahasiswa dan pemuda ingat peristiwa 28 Oktober 1928 dimana semua elemen pemuda dari berbagai daerah berkumpul dan bersepakat untuk bersatu. Zaman memang sudah berubah, akan tetapi upaya untuk menyatukan pemuda dan masyarakat tidak pernah pudar. Negara Indonesia memiliki organisasi kepemudaan yang merangkul seluruh elemen pemuda yang ada di Indonesia, yaitu KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) akan tetapi melihat realita saat ini KNPI bukannya melakukan kegiatan Nasional  yang ditujukan untuk merumuskan suara pemuda dari berbagai daerah melalui DPC dan DPD nya tersebar dari sabang hingga merauke terkait rencana pemerintah menaikkan harga BBM akan tetapi disaat seperti ini justru KNPI lebih sibuk dengan agenda kunjungan kerja ke Negara Cina yang mendapatkan dukungan dari pemerintah, sangat ironis sekali saat melihat missi KNPI dan melihat realita sekarang yang ternyata sangat berbeda jauh. Melihat fenomena tersebut, apakah KNPI sebagai “atap” dari berbagai organisasi kepemudaan dan kedaerahan serta kemahasiswaan perlu tetap ada ataukah dihapuskan saja namanya itu tergantung segenap organisasi yang dipayungi oleh KNPI.
Akankah ikrar,
Kami Pemuda Pemudi Indonesia Berbangsa satu, Bangsa Indonesia.
Kami Pemuda Pemudi Indonesia Berbahasa satu, Bahasa Indonesia.
Kami Pemuda Pemudi Indonesia Bertumpah Darah satu, Tumpah Darah Indonesia.
Yang sudah dikumandangkan dan diikrarkan sejak 83 tahun 5 bulan yang lalu masih dipahami pemuda pemudi bangsa Indonesia? 


Oleh : Bayu Arsita Mandreana 
Penulis adalah Ketua Bidang KPP HMI Badko Jateng-DIY

6 komentar:

  1. semoga Blog ini bisa semakin bergairah lagi, memang KOHATI BADKO JATENG DIY layaknya seorang Srikandi, terus berkarya lintas batas melibas zaman.

    BalasHapus
  2. Matur Nuwun,,,kami takkan bisa seperti ini tanpa kalian,,,

    BalasHapus
  3. Untung HMI gak ikut ke cina..tapi kemarin udah ke vatikan yah???

    BalasHapus
  4. waduh infonya kurang lengkap yak?
    yang bener ketemuan dengan perwakilan negara vatikan, tempat ketemuannya bukan di vatikan tapi di salah satu negara anggota ASEAN.

    BalasHapus
  5. normatif. . .ga konkrit. . .

    BalasHapus