“Jangan
pernah sekali-kali melupakan sejarah”
(Ir.
Soekarno)
Sebuah pernyataan singkat tapi
mempunyai makna yang mendalam dari mantan presiden pertama Republik Indonesia
tersebut sedikit banyak bisa menjadi gambaran bagi perjuangan HMI saat ini.
Sebagai organisasi Mahasiswa yang lahir pada tanggal 5 Februari 1947 HMI
senantiasa menjadi organisasi yang menjadi kawah candradimuka bagi para
mahasiswa yang ingin memenuhi eksistensi jiwanya dengan ghiroh perjuangan. Pada
waktu itu Lafran Pane melihat bahwa pergerakan mahasiswa di Yogyakarta sebagai
kota pelajar mengalami mati suri, hal ini dikarenakan jiwa mereka mengalami
kehampaan akan ruh-ruh spiritualias. Disamping itu akibat dari penjajahan
imperialisme asing yang menguasai Indonesia semakin menjadikan kondisi
pergerakan kemahasiswaan menjadi semakin terpuruk dikarenakan mereka merubah
kurikulum pendidikan yang ada di indonesia menjadi kurikulum barat, tentu saja
hal ini sangat bertentangan dengan kultur budaya bangsa Indonesia. Sehingga
kemudian Lafran Pane beranggapan harus ada sebuah gerakan revolusioner dari
mahasiswa, oleh mahasiswa dan untuk mahasiswa. Karena iulah kemudian Lafran
Pane mendirikan HMI.
Mungkin Lafran Pane terkejut ketika
melihat HMI sebagai sebuah organisasi yang pada
mulanya hanya beranggotakan 14 orang dan hanya ada di Yogyakarta
ternyata saat ini sudah tersebar di seluruh Indonesia dengan ribuan kadernya.
Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak kader HMI yang kemudian menjadi
tokoh-tokoh yang berpengaruh di Indonesia, hal ini dikarenakan beberapa faktor.
Pertama, posisi HMI sebagai organisasi kader, sehingga untuk lebih mementinkan
kualitas, daripada kuantitas, parameter dari organisasi kader adalah struktur
pengkaderan HMI yang sangat panjang dan bertingkat, dari mulai Latihan Kader
(LK) I yang meningkat menjadi LK II dan paling tinggi adalah LK III, hal itu
masih ditambah event-event pengkaderan HMI lainnya sepert Senior Course (SC),
Upgrading maupun Lokakarya pengkaderan lainnya. Event-evet itu digunakan untuk
menjaga kualitas pengkaderan di HMI. Kedua, posisi HMI sebagai organisasi
ekstra kampus menjadikan posisi HMI lebih bebas untuk melakukan gerakan karena
tidak terikat oleh kepentingan siapapun dan ranah pergerakan HMI lebih luas
daripada organisasi intrakampus.
Point inilah yang kemudian selalu
dijadikan landasan filosofis bagi Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Badko HMI Jateng-DIY) untuk selalu
bisa berinteraksi dengan segala macam lapisan sosial yang ada di Indonesia, dan
hal ini selalu terefleksikan dalam acara Millad HMI yang selalu diperingati
setiap tahunnya. Bagi HMI, millad mempunyai posisi yang strategis sebagai ajang
silaturahmi kader HMI yang berada di lingkup Jateng-DIY, selain itu ajang ini selalu
dijadikan sebagai sarana perenungan kader HMI untuk mengevaluasi dan merekam
setiap jejak langkah perjalanan HMI dari tahun ke tahun untuk bisa memperbaiki
kekurangan dan menyebarkan kebaikan HMI sebagai sebuah organisasi yang
mempunyai tujuan “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
brenafaskan Islam dan bertanggungjawab mewujudkan masyaraka adil makmur yang
diridhoi Allah SWT”
Silahkan download Proposal lengkapnya disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar